25 Mei 2009
Antisipasi Flu Babi, Bupati Jepara Keluarkan Surat Edaran
“Kewaspadaan tersebut perlu terus ditingkatkan melihat virus flu babi yang disebabkan oleh virus Schwein Influenza A-H1N1 dan penyakit Tangan, Kaki dan Mulut atau yang juga dikenal sebagai Flu Singapura, di beberapa negara terus meningkat bahkan berkembang dan menjangkiti negara-negara di Asia” ujar Hadi Priyanto di ruang kerjanya, Sabtu (23/05).
Virus tersebut cukup membahayakan karena sifatnya yang mudah sekali menyebar dan menular ke manusia. Meskipun keduanya memiliki karakteristik yang berbeda tapi keduanya jika sudah berkembang sulit sekali untuk dikendalikan.”Baik itu virus flu babi maupun flu Singapura sama-sama sulit dikendalikan. Jika terjangkiti suspect flu babi penderita harus mendapatkan perawatan khusus di ruang isolasi” terangnya.
Untuk itu SE dengan nomor 433/2850 tersebut memuat upaya-upaya pencegahan serta langkah-langkah yang harus dilakukan termasuk menumbuhkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di masyarakat, pengendalian lalu lintas ternak, serta menjauhkan hewan ternak seperti unggas, babi, dan itik dari pemukiman penduduk.
Upaya preventif nampaknya lebih bijaksana daripada kuratif. Untuk itu masyarakat diminta lebih responsif jika menemukan ternak mati secara mendadak. “Bila terjadi kasus peningkatan seperti demam, batuk dan depresi secepatnya melapor ke instansi kesehatan atau Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK)” pinta Hadi. (sumber: www.jeparakab.go.id)
Read More..
BLM: Vitamin atau Racun?
PNPM-P2KP hadir dengan menawarkan substansi penanggulangan kemiskinan melalui pemberdayaan masyarakat untuk menciptakan manusia seutuhnya. Dengan melembagakan pola pembangunan partisipatif yang pro poor dan berkeadilan, PNPM-P2KP membangun lembaga masyarakat (BKM) yang representatif, akuntabel dan mampu menyuarakan kepentingan masyarakat dalam proses-proses pengambilan keputusan.
BLM atau Bantuan Langsung Masyarakat merupakan salah satu instrumen dalam program penanggulangan kemiskinan. Di dalam siklus PNPM-P2KP, BLM dimaknai sebagai mata rantai untuk menyambung ide-ide luhur baik dari pelaksana program maupun masyarakat sebagai komponen utama pelaku dan pemanfaat. Proses pembelajaran masyarakat melalui siklus PNPM-P2KP adalah modal dasarnya. Karena, di dalam pembelajaran ditumbuhkan kembali nilai-nilai luhur di masyarakat yang terkikis sebagai akibat efek domino pembangunan bangsa sebelumnya yang berakhir pada krisis ekonomi sejak medio Mei 1997.
BLM PNPM-P2KP secara transparan digunakan untuk mendanai kegiatan masyarakat yang mudah dilakukan dan dapat membuka kesempatan kerja melalui pembangunan ekonomi lokal, pembangunan sarana-prasarana lingkungan, pembangunan SDM. Semua itu harus bersumber dari, oleh, dan untuk masyarakat sendiri. BLM tidak mungkin mampu menjawab semua kebutuhan masyarakat. Oleh karenanya, diperlukan kerjasama uutuh masyarakat yang lain, terutama yang mampu untuk turut andil dalam keswadayaan masyarakat.
Namun, di satu sisi, hadirnya BLM di masyarakat tidak serta-merta berjalan mulus dan sesuai dengan harapan. Banyak pihak yang merasa memiliki kepentingan dengan dana BLM PNPM-P2KP, dapat memicu terjadinya konflik horizontal. Misalnya, kelompok masyarakat yang sebelumnya menyangsikan manfaat PNPM-P2KP dan tidak mau aktif dalam siklus PNPM-P2KP, tiba-tiba bangun dan mendadak merasa yang paling berhak untuk memiliki begitu mendengar dana BLM didistribusikan melalui BKM dan dimanfaatkan untuk membiayai kegiatan masyarakat yang telah direncanakan. Itu adalah kenyataan yang ada di masyarakat.
Mungkin relawan yang sebelumnya sangat getol dalam menyuarakan pentingnya kebersamaan dalam menanggulangi kemiskinan dapat secara tiba-tiba berubah haluan dan mengatur strategi demi memperoleh percikan dana BLM. Atau mungkin yang paling memprihatinkan, fasilitator tergerak hatinya menerima dana BLM setelah ada peluang ditawari oleh BKM atau KSM demi alasan pengerjaan proposal. Maka, selain dikontrak oleh pemerintah untuk menjalankan fungsi-fungsi pemberdayaan masyarakat, juga menerima kontrak lain yaitu memborong proposal KSM.
Dengan kondisi paradoks tersebut, akankah cita-cita bangsa Indonesia menghapus problem kemiskinan dapat diraih? Semua kembali kepada individu kita dalam menilai (benggala). Dengan demikian kita dapat menentukan melalui jiwa yang tenang apakah memilih vitamin ataukah racun?
(Subkhan Fathoni, Faskel Ekonomi Tim 69 PNPM-P2KP Korkab Jepara, KMW Provinsi Jawa Tengah, PNPM Mandiri Perkotaan; Firstavina:dimuat di web p2kp 4 Juli 2008)
Read More..